Salah satu aktivitas paling vital dalam organisasi apapun
adalah pengambilan keputusan. Keputusan dapat melibatkan arahan strategis dari
organisasi (contoh. Keputusan untuk kemungkinan merger atau akusisi) atau bisa
saja terkait dengan hal sederhana sehari-hari karyawan (contoh. Keputusan
tentang cara baru menyapa konsumen di telepon). Keputusan harus diambil setelah
berbulan-bulan mengumpulkan informasi dan pertimbangan atau diambil langsung
dengan sedikit atau tanpa pertimbangan. Keputusan dapat diambil sendiri oleh
individual, melalui konsultasi dengan anggota organisasi yang relevan atau
dalam grup partisipatif. Dan keputusan akan bervariasi level efektifitasnya.
Nutt(1999) menyimpulkan separuh pengambilan keputusan di organisasi gagal karena sedikitnya digunakan taktik pengambilan keputusan oleh manajer sebagaimana problem dengan komunikasi.
Nutt(1999) menyimpulkan separuh pengambilan keputusan di organisasi gagal karena sedikitnya digunakan taktik pengambilan keputusan oleh manajer sebagaimana problem dengan komunikasi.
Dalam bab ini kita mengeksplor perna komunikasi dalam
pengambilan keputusan organisasional. Pertama, kita melihat model umum prose
spengambilan keputusan, mempertimbangkan pergerakannya menjauh dari model
rasional menuju ke yang berbasis intuisi dan prinsip lainnya yang kurang logis.
Kemudian kita membahas conteks grup kecil dimana banyak keputusan
organisasional diambil. Selanjutnya kita mempertimbangkan satu cara dimana
nilai tentang pengambilan keputusan dilekatkan pada kerja organisasi, studi
partisipasi dalam pengambilan keputusan dan demokrasi di tempat kerja. Kita
tutup bab ini dengan melihat pengetahuan proses manajemen yang membawa kita
lebih jauh dari proses pengambilan keputusan.
MODEL-MODEL
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Model pengambilan keputusan Rasional
Dalam teori klasik tentang perilaku organisasi, pengambilan keputusan seluruhnya merupakan proses yang lasional dan logis. Pertama, anggota organisasi mengetahui masalah yang harus diputuskan. Setelah mendefinisikan masalah dengan hati-hati, pengambil keputusan kemudian mencari semua informasi yang relevan terkait masalah tersebut. Kemudian pengambil keputusan membuat satu set pilihan keputusan dan mengevaluasinya menurut kriteria yang dikembangkan secara hati-hati untuk keefektifan keputusan. Proses pengambilan keputusan selesai ketika keputusan optimal diketahui dan pengimplementasiannya dapat dimulai.
Nutt(1984) membahas model rasional dan logis dalam
pengamnbilan keputusan sebagai metode normatif yang direkomendasikan pada
eksekutif di sebagian besar buku manajemen. Metode normatif ini mempunyai 5
tahap: formulasi, pengembangan konsep, pendetailan, evaluasi dan implementasi.
Pertimbangkan sebagi contoh, sebuah tim manajer mencoba
mengambil keputusan tentang mengambil server baru untuk network komputer
kantor. Dalam tahap fomulasi, tim akan melakukan survey pada anggota organisasi
tentang model dan kebutuhan berkomputer. Tahap selanjutnya, Pengembangan, tim
akan mengembangkan cara alternatif untuk menghadapi masalah. Di poin ini mereka
akan melihat berbagai jenis server dan cara computer individu dapat
dikonfigurasikan di jaringan area lokal. Pada proses pendetailan, subgroup
dapat dikirim untuk melihat lebih detail pro dan kontra dari opsi-opsi yang
berbeda dan kemmapuan kerjanya bisa jadi dites. Saat evaluasi, informasi yang
didapatkan dari tahap pendetailan akan diletakkan dalam pengawasan ketat untuk
menghitung harga dan keuntungan tipa sistem komputer. Akhirnya ketika
implementasi yang lolos evaluasi akan digunakan oleh grup manajemen.
Proses rasional dan logis ini terdengar sebagi cara ideal
untuk mengambil keputusan organisasi. Bagaimanapun, model ini tidak
mencerminkan keadaan di lapangan atas fungsi kerja organisasi. Penteori pertama
yang menawarkan alternatif bagi cara ini adalah March dan Simon(1958,
Simon,1960) yang mengkarakterkan pendekatan tradisional pada pengambilan
keputusan sebagai model yang lebih optimal dimana pengambil keputusan mencari
satu cara terbaik bagi problem organisasi. Mereka percaya adalah lebih
realistis utnuk melihat pengambilan keputusan organisasi sebagai proses yang
memuaskan dimana solusi yang dicari bukanlah 1 solusi terbaik namun solusi yang
bekerja cukup baik untuk mengatasi situasi. Seperti yang dijelaskan oleh Pugh
dan Hickson (1989).
Kebanyakan
keputusna bukan berfokus mencari jarum tertajam di tumpukan jerami,namun untuk
emncari jarum yang cukup tajam untuk menjahit. Jadi administrator yang ‘membuka
diri pada opsi solusi’ atau ‘satisfice’dapat mengambil keputusan tanpa mencari
seluruh alternatif solusi dan dapat
menggunakan aturan empol sederhana. Dlaam istilah bisnis, mereka tidak mencari
profit maksimum, namun profit yang cukup, bukan harga optimal namun harga
wajar. Ini membuat dunia mereka jauh lebih sederhana.(p.138)
March
dan Simon (1958) mengatakan bahwa pengambil keputusan organisasional
menggunakan taktik ‘satisfice’ karena tidak mungkin membuat solusi ideal
rasional.
Malahan, pengambil keputusan organisasi dikarakterkan dengan
rasionalitas yang terbatas karena mereka berusaha membuat keputusan logis namun
secara kognitif mereka terbatas (manusia tidak selalu logis sempurna) dan oleh
aspek praktis hidup organisasional (seperti terbatasnya waktu dan sumber daya).
Contohnya manajer mungkin harus memutuskan program pengolah kata apa yang
diambil, jika manajer ini mengoptimalkan maka dia akan melakukan langkah
seperti yang dijelaskan di model rasional, namun jarang ada waktu dan motivasi
untuk melakukan ini, paling manajer akan berbicara pada beberapa kolega tentang
software dan menemukan program yang sesuai kebutuhan organisasi. Jadi March dan
Simon mengatakan keputusan tersebut tetap logis namun sesuai batasan personal
dan organisasional.
Baru-baru ini, march dan Simon mengajukan model pengambilan
keputusan yang lebih jauh terlepas dari model pengoptimalan daripada
‘satisfice’nya. Contohnya, Simon (1987) mengutarakan sebagian besar
pemngambilan keputusan organisasi dapat diatributkan pada proses intuitif
manajer. Simon mendengarkan kembali karya awal Barnard (1938) yang menyarankan
pemisahan antara proses manajemen yang logis dan tidak. Barnard mendebat
pengambil keputusan sering dipaksa untuk membuat keputusan cepat tanpa
kesempatan mencari informasi. Manajer dalam kondisi ini sering membuat
keputusan tanpa pengetahuan sadar tentang bagaimana keputusan ini diambil.
Barnard (1938) mengutarakan bahwa
Sumber proses non logis ada di kondisi psikologis atau di
lingkungan fisik dan sosial, kebanyakan tertanam pada kita secara tidak sadar.
Mereka juga mengandung banyak fakta, pola, konsep, teknik, abstraksi dan secara
general apa yang kita sebut pengetahuan formal atau keyakinan, yang tertanam
pada kita kurang lebih atas usaha sadar dan belajar. Sumber kedua atas proses
mental non logis ini jauh meningkat dengan eksperimen langsung, pendidikan dan
pembelajaran.(p.302)
Simon (1987) menunjukkan bahwa melalui intuisi,
pengambilan keputusan adalah tidak logis ataupun logis, namun adalah
pengambilan keputusan yang didasarkan pada pengalaman lalu yang konteksnya
serupa. Ada yang menyebutnya pengambilan keputusan analogis, yaitu dalam
mengambil keputusan manajer akan memeprtimbangkan apa yang telah berhasil di
situasi serupa di masa lalu. Dengan analogi, solusi serupa harusnya sukses,
seperti yang dikatakan Sumon (1987) ''manajer yang berpengalaman mempunyai
banyak pengetahuan di memorinya yang didapat dari training dan pengalaman dan
diorganisasi dalam asosiasi informasi.'' pengambilan keputusan intuitif
mengandalkan sang pengambil keputusan untuk mengakses potongan informasi itu
untuk digunakan.
Studi atas pengambilan keputusan intuitif (Burke dan
Miller, 1999) mendukung banyak ide Simon. Memang ketika manajer ditanya
seberapa sering menggunakan intuisi dalam mengambil keputusan, hanya 10% yang
menjawab jarang. Banyak manajer percaya banyak situasi yang memerlukan metode
intuitif dan metode ini menguntungkan, meningkatkan kualitas keputusan,
memfasilitasi perkembangan personal dsn mendukung keputusan yang kompatibel
dengan budaya organisasi.
Alternatif lain bagi pengambilan keputusan rasional
disediakan oleh March dan koleganya ( Cohen, March dan Olson, 1972). Dalam
mldel pengambilan ,keputusan berbentuk tong sampah mereka, penteori ini
melangkah jauh dari norma rasional, dan mengatakan bahwa proses pengambilan
keputusan adalah dimana masalah, solusi, partisipan dan pilihan digabungkan
bersama dalam gaya yang independen. Keputusan diambil saat ''koleksi masalah,
solusi,partisipan dan pilihan bersatu'' (pugh dan hickson, 1989,p.145). Jadi,
seorang manajer mungkin punya rencana baru untuk prosedur penagihan yang
kebetulan cocok dengan kebutuhan konsumen. Keputusan yang muncul dalam situasi
ini bukan hasil pencarian logis namun kebetulan yang menyenangkan semata. March
dan kolega percaya tingkah laku organisasional sering muncur secara irrasional
begitu. Prinsip ini serupa milik Weick tentang sensemakimg yang diulas di bab
4.
Sebagai rangkuman, teori dan penelitian memperlihatkan
bahwa pengambilan keputusan bukanlah proses yang seluruhnya rasional atas
pencarian informasi danpemilihan keputusan, malahan intuisi yang lebih banhak
dipakai, solusi satisficing, dan tabrakan dari masalah dan jawaban.
Case
in Point: Keputusan Keuangan Personal
Pengambilan keputusan di tempat kerja memiliki dampak
penting bagi organisasi dan orang yang bekerja didalam dan untuk mereka. Namun
bagi individu, tugas keputusan terpenting tentang apa yang harus dilakukan
dengan uang yang didapat dari kerja. Keputusan semacam itu akan mempengaruhi
gaya hidup ybs., tanggal pensiun dan aktivitas amal.
Anda akan berpikir, rasionalitas akan berada di depan dan
sentral dalam membuat keputusan yang sangat penting bagi hidup dan masa depan
kita ini.”Tidak” kata ahli dalam bidang ‘tingkah laku finansial’, study
lapangan menyelidiki peran motivasi dan psikologi dalam keputusan berinvestasi
(Bernard,2004). Malahan banyak individual mengandalkan jalan pintas
mental-‘heuristic’(kemampuan seseornag unutk menemukan atau menyelidiki sendiri)
yang memotong harga prinsip rasional tentang probabilitas dalam berinvestasi.
Contohnya, orang cenderung merasa lebih aman mengikuti jalan investor lain,
cenderung terlalu fokus pada apa yang baru terjadi, cenderung mengembangkan
jangkar kepentingan yang irrasional, tidak mau mengakui kesalahan dan cenderung
memperlakukan uang berbeda menurut sumbernya.Semua ini menuntun pada keputusan
investasi yang bercela.
Jadi apa yang harus dilakukan oleh investor? Mengikuti
langkah keputusan rasional seperti yang diterangkan di bab ini mungkin masuk
akal. Tapi karena kita tidak punya informasi yang sempurna dan tidak punya
banyak waktu atau pendekatan rasional yg sempurna pada uang dan hidup kita, ini
akan menjadi sulit. Jadi berkonsultasi pada ahli akan membantu. Seperti Bernard
(2004 p.E5) menyimpulkan ''mengeluarkan emosi dari pengambilan keputusan
meningkatkan kemungkinan rasionalitas hasil''
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DI GRUP KECIL
Menurut pepatah lama, onta adalah kuda yang didesain oleh
komite. Pernyataan ini berkaitan dengan minus yang dapat terjadi dalam
pengambilan keputusan secara grup. Kebanyakan keputusan di organisasi diambil
dalam grup kecil, apakah itu komite, tim kerja yang independen atau task force.
Model
Deskriptif Pengambilan Keputusan Secara Grup
Kebanyakan model pengambilan keputusan secara grup adalah
menjalani beberapa tahap dimana secara sistematis mereka berusaha menentukan
keputusan. Salah satu model representatif disuguhkan oleh B.A.Fisher (1970)
yang menyatakan 4 tahapan: orientasi, konflik,kemunculan dan penerapan. Pada
tahap orientasi anggota grup saling mengenal satu sama lain dan memahami
masalah yang dihadapi. Tahap konflik, kemungkinan solusi diungkapkan dan
diperdebatkan, tahap kemunculan adalah saat setelah perdebatan akhirnya grup memiliki
konsesus persetujuan bersama untuk kemudian masuk ke tahap penerapan. Model ini
juga diperkenalkan oleh Bales dan Strodtbeck (1951) dan Tubbs (1978).
Dalam beberapa cara, model ini merupakan cermin dari
model rasional yang dijelaskan di atas, seperti yang dikatakan Poole dan Roth
(1989) ''karakter keputusan sebagai hasil grup mengikuti sistematika logis,,
(p.325). Model tahap juga mengasumsikan kesatuan sekuen yang rigid atas
aktivitas grup. Karenanya, pengambilan keputusan selalu dimulai dengan orientasi
dan sesuai dengan tahapan selanjutnya. Beberapa penteori keberatan dengan model
ini, seperti Cissna (1984) yang mendebat tahapan itu tidak ada, Morley dan
Stephenson (1977) mengatakan tahapan akan berbeda tergantung tipe keputusan
yang dibuat oleh grup. Gersick (1991) mengembangkan 'ekuilibrium yang tepat'
yang menyorot struktur dasar dan pergeseran revolusional yang terjadi dalam
grup.
selengkapnya klik DISINI (PPT)
0 komentar:
Posting Komentar