Jadi Inspirator di KI Surabaya, Rasanya Ingin Mengulang Masa Kecilku.
Kelas Inspirasi atau disingkat KI merupakan solusi bagi para profesional Indonesia yang ingin berkontribusi dengan mengajar di sekolah, di dalam maupun di luar lingkungannya. Hal ini membuka pintu interaksi positif antara kaum profesional dengan sekolah tempat dia berpartisipasi. Partisipasi para profesional tersebut dalam bentuk kerelaan untuk izin tidak bekerja/tidak kuliah atau mengambil cuti sehari demi berbagi pengalamannya kepada para siswa. Kerelaan tersebut merupakan partisipasi berbasiskan individu, bukan kepentingan institusi tempat dia berprofesi. Ini menunjukkan bahwa kepedulian dan kesadaran pribadi terhadap pendidikan masih tinggi.
KI ini sungguh bernilai positif baik bagi sekolah, khususnya para siswa, bagi para relawan itu sendiri, juga bagi perkembangan pendidikan. Melalui kelas inspirasi ini para siswa dapat termotivasi untuk meraih cita-citanya dengan lebih bersemangat melalui tekun belajar, berusaha dan berdoa guna menyongsong masa depan yang lebih cerah.
Sekilas ceritaku di kelas inspirasi Surabaya:
Hari itu, Senin 29 September 2014 setelah beristrahat malam sekitar 2 jam, aku harus bangun lagi tepat pukul 04.30 WIB untuk mempersiapkan diri menjadi salah satu inspirator/relawan kelas inspirasi Surabaya di SDN Margorejo 1 Kecamatan Wonocolo Surabaya Jawa Timur.
Hari sudah pagi, matahari sudah mulai menampakkan diri, dengan keikhlasan dan semangat yang aku miliki, tepat pukul 06.00 melangkahkan kaki dari rumah (Kenjeran) menuju lokasi.
Sesuai kesepakatan dan pemberitahuan dari fasilitator kelas inspirasi (mba’ Izam/Dwi), bahwa kami akan kumpul di SDN Margorejo 1 pukul 07.00 WIB. Dan akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit, tibalah aku di SDN Margorejo 1 yang saat itu tampak para guru dan murid tengah berbaris upacara apel pagi.
Sambil memperhatikan upacara yang sedang berlangsung dari luar pagar, saya mencoba memastikan posisi teman-teman tim kelas inspirasi lainnya. Kelihatannya aku yang paling pertama tiba dilokasi, saya mencoba mengontak mbak Indah melalui pesan singkat (sms), sekaligus memberitahu kalau aku sudah berada di lokasi SDN Margorejo 1. Menunggu beberapa menit namun tak kunjung datang juga balasan sms dari mbak Izam. Dalam hatiku berkata: mungkin mbak’ Izam kemungkinan sedang diperjalanan, jadi tidak dengar kali ya bahwa ada pesan smsku masuk hehehhe.
Selang beberapa waktu kemudian, tiba-tiba aku melihat dan mengalihkan perhatian kepada seorang perempuan yang sedang berdiri di dekat pintu pagar masuk SD, tanpa pikir panjang aku perlahan menghampiri dan meyakini bahwa dia salah satu teman tim relawan. Saya mencoba mendekat, dengan tanpa basa basi aku langsung menegur dan bertanya, apakah mbak dari tim kelas inspirasi? Dan ternyata dugaan saat tidak meleset, dengan wajah senyum bersahabat sambil mengulur berjabat tangan, dijawabnya: oh iya benar.. aku “Dwi”.
Sambil menunggu teman lain, saya dan Dwi memutuskan untuk masuk kedalam lebih dahulu untuk menemui Kepala Sekolah, yang saat itu juga upacara baru saja selesai.
Sungguh senang rasanya, Ibu Asri Sukaria (Kepsek) menyambut kami dengan hangat, mempersilahkan duduk sambil menikmati snack yang disediakan diatas meja. Tak lama berselang kemudian, akhirnya teman-teman tim relawan pada berdatangan (mbak’ Izam & mbak’ Dian) hingga menjadi lengkap semuanya ketika mas Diki sang fotografer tercakep datang.
Tiba saatnya kami beraksi, berharap dapat menginspirasi adik-adik yang masih mengenyam pendidikan dasar.
Sempat membuat saya terharu karena kami dapat berkumpul dari berbagai profesi tetapi menjadi lebur dalam satu kepentingan bersama menginsipirasi adik-adik SD dan membangun mimpi mereka.
Dengan didampingi oleh ibu Kepala sekolah, kami memasuki kelas di lantai 2 (dua) yang sebelumnya oleh bapak ibu guru telah mengarahkan adik-adik siswa kelas VI (enam) untuk mengambil posisi lebih dahulu dalam ruangan tersebut, setelah itu nanti akan bergantian sesi dengan adik-adik siswa kelas V (lima).
Memasuki kelas dihari itu sungguh pengalaman berharga yang tidak bisa saya lupakan. Dengan sapaan hangat bersahabat kepada adik-adik yang berada didalam kelas, ibu kepala Sekolah membuka sebagai pengantar, sekaligus menyampaikan bahwa sebentar lagi dari kelas inspirasi Surabaya akan berbagi cerita pengalaman masing-masing tentang profesi dan aktifitas yang sedang dijalani hingga saat ini.
Akhirnya kami memulai. Sesuai kesepakatan bersama tim relawan, tiba giliran saya yang mengawali untuk berbagi inspirasi. Saya awali dengan perkenalan.
Wow..sungguh luar biasa adik-adik disaat itu, mereka kelihatan pintar-pintar. Saya katakan demikian bukan tanpa alasan. Aku sempat tertegun dan kaget melihat mereka di saat aku baru awal-awal memperkenalkan diri dengan melempar pertanyaan tentang asal daerah saya. Baru memulai ngomong bahwa saya bukan asli Surabaya, tiba-tiba seorang adik laki-laki yang duduk dibarisan sebelah kanan menyahut dengan spontan berkata: “Medan..!”, sungguh aku kaget koq bisa ditebak gitu ya. Tanpa pikir panjang lagi, dengan segera meresponi dan mengapresiasi apa yang dikatakannya, langsung saya hampiri dan berkata betul dik, kak Firman asalnya dari Medan lebih tepatnya Nias, sambil mengancungkan jempol sebagai tanda pujian pada adek tersebut. Namun sampai saya menulis ini, sebenarnya aku masih penasaran koq bisa yach adek itu tahu? padahal itu pertama kalinya aku datang di SD itu loh, atau mungkin ditebak dari khas suaraku kali ya…hehhehe.
ANAK-ANAK NEGERI BERHAK KEJAR CITA-CITA SETINGI-TINGGINYA.
Secara pribadi, berada diantara mereka saat itu seolah merasakan kembali semangat masa kecil, riuh ruangan kelas, hingga pertengkaran-pertengkaran kecil.
Wajah-wajah mereka semakin tampak berseri ketika saya bertanya siapa diantara adik-adik yang punya cita-cita? Tak satupun yang tidak meresponi, semuanya mengangkat tangan sambil berkata “sayaaaaa…”.
Mereka punya cita-cita yang sungguh luar biasa, bahkan ketika aku minta untuk menuliskan cita-citanya masing-masing di sebuah lembaran kartu cita-cita yang sudah saya siapkan (seperti tampak pada gambar slide ppt diatas), bahkan ada yang bertanya, apakah kami boleh menuliskan lebih dari satu cita-cita? sambil tersenyum saya mengatakan boleh, kalian semua berhak bercita-cita apa saja, silahkan tuliskan cita-cita yang diimpikan.
Wow..ternyata sungguh banyak dan bervariasi cita-cita yang mereka tulis di lembaran itu, mulai dari menjadi tenaga kesehatan(seperti Perawat, Dokter, Bidan, Ahli Gizi, Apoteker), tenaga pendidikan(seperti Dosen, Guru),Pengacara, Notaris,Polisi, Tentara,Jurnalis, Wartawan, Penulis, Pembicara,Pengusaha/Owner, Wiraswasta, Pebisnis (Business man),Artis, Penyanyi, pemain Film,Pilot, Kapten, ada juga yang bercita-cita menjadi Pemimpin(seperti Presiden, Gubernur, Bupati, Rektor, Kepala Sekolah) dan bahkan tidak sedikit juga yang bercita-cita sekolah setingi-tingginya.
Mendengar dan melihat cita-cita luar biasa yang mereka tuliskan itu saya langsung terbakar semangat untuk segera memberi penguatan bahwa cita-cita yang mereka impikan pasti bisa dicapai.
Dengan bantuan slide power point, aku bercerita sambil menunjuk gambar (yang no.1) bahwa kak Firman pernah seperti adik-adik. “Saya dulu pun pernah duduk seperti adik-adik sekarang ini ketika masih duduk di SD,”.
Sebelum menjadi seperti saat ini sebagai Dosen, Jurnalis & juga Owner, semua jenjang pendidikan kak Firman jalani mulai tingkat SD, SMP, SMA, perguruan tinggi S1, S2 hingga saat ini bisa sekolah Doktor S3 yang merupakan sekolah terakhir, sekolah tertinggi di dunia.
“Semua ini saya peroleh melalui proses belajar. Jadi saya berharap agar adik-adik sekalian untuk belajar dengan sungguh-sungguh, jujur dan displin.
Selain itu juga adik-adik harus ta’at dan hormat pada orangtua dan guru, juga saling menyayangi dan menghargai teman, sebab teman merupakan saudara untuk berbagi rasa dan teman berdiskusi.
“Di samping itu kita ini merupakan mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Untuk itu jangan pernah sekalipun menyakiti hati teman.
Saya sangat senang melihat mereka sangat antusias mendengar penjelasan yang saya sampaikan. Mereka mendengarkan dengan seksama, tampak suasana kelas menjadi sangat hidup, barangkali karena kami orang luar yang mengajar dikelas menjadi sebuah fenomena baru yang mereka alami hari itu.
Setelah saya jelaskan semuanya tentang aktifitas sehari-hari saya sebagai mahasiswa S3, Dosen, Jurnalis & Owner, dibagian akhir saya beri kesempatan mereka bertanya.
Seru sekali…sungguh banyak pertanyaan seputar cita-cita yang mereka impikan kelak.
Ada yang bertanya apa dia boleh jadi dosen?, bahkan ada yang minta untuk diceritain bagaimana cara agar bisa sekolah setinggi-tingginya, sekolah doktor S3 seperti kak Firman?.
Sebelum menjawab pertanyaan mereka, sambil tersenyum saya mengajak mereka semua untuk berdiri ditempat. Dengan panduan, saya meminta mereka menjawab yel-yel cita-cita. Ketika saya katakan Apa cita-citamu? Maka mereka harus menjawab sesuai cita-citanya masing-masing (……………), trus setelah itu saya lanjut dengan kata Apa Bisa? dengan sambil mengepalkan kepalan tangan mereka masing-masing dan seolah melompat tinggi keangkasa, mereka harus menjawab, AKU PASTI BISAAAAA..!
BAGAIMANA AGAR SUKSES MERAIH CITA-CITA?
Sebagai contoh, saya ingat ketika masuk sekolah SMA di Tuhemberua-Nias. Waktu itu sekolah SMA yang dekat kampung saya belum ada sehingga kalau mau lanjut sekolah terpaksa harus menempuh jarak sekitar 20 KM ke ibukota kecamatan. Waktu itu karena keterbatasan ekonomi keluarga, setiap hari jam 5.00 subuh ibu saya selalu mendorong dan dengan sabar menyediakan obor sebagai penerang jalan agar saya tetap sekolah dengan jalan kaki melewati hutan yang gelap dan penuh keheningan. Belum lagi ketika musim hujan tiba, berkali-kali saya harus melewati menyeberangi banjir sungai karena rumah saya berada diseberang sungai. Saya harus sampai di sekolah tepat waktu untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh bapak ibu guru.
Jujur saja, itu bukan pekerjaan yang menyenangkan. Ada kalanya saya begitu lelah dan merasa merinding dan takut melewati hari yang masih gelap dan banjir yang cukup mengancam. Tetapi saya sadar, menyerah bukan pilihan yang tepat karena saya punya tekad untuk sekolah setingi-tingginya. Lalu apa yang membuat saya terus bertahan, bahkan mampu melakukannya penuh dengan senyuman?
Jawabannya dua kata yaitu: “disiplin diri”. Saat itu saya sering berdialog dengan diri saya sendiri. Saya membayangkan bahwa suatu hari kelak saya akan menjadi orang sukses. Saya membayangkan berdiri didepan orang banyak untuk berbagi sesuatu tentang kisah hidup saya yang menginspirasi banyak orang.
Pada saat melihat bapak ibu guru sedang berdiri didepan kelas membagikan sesuatu ilmu kepada anak didiknya, saya membayangkan saya lebih dari itu. Saya menembus waktu dan ruang. Saya melihat Firman Telaumbanua masa depan.
Itulah salah satu pengalaman saya tentang kekuatan visualisasi atau gambaran masa depan. Memang sampai saat ini saya belum diprofilkan, tetapi harapan dan gambaran besar itu terus memacu saya untuk terus melangkah maju.
Apakah kelak wajah saya berhasil menghiasi indonesia? Saya tidak tahu. Tetapi saya tahu satu hal, bahwa visi, harapan dan gambaran besar itu terus memacu langkah saya untuk terus berkarya.
Salam hangat, terimakasih semuanya,
Salam Inspirasi.
Kelas Inspirasi atau disingkat KI merupakan solusi bagi para profesional Indonesia yang ingin berkontribusi dengan mengajar di sekolah, di dalam maupun di luar lingkungannya. Hal ini membuka pintu interaksi positif antara kaum profesional dengan sekolah tempat dia berpartisipasi. Partisipasi para profesional tersebut dalam bentuk kerelaan untuk izin tidak bekerja/tidak kuliah atau mengambil cuti sehari demi berbagi pengalamannya kepada para siswa. Kerelaan tersebut merupakan partisipasi berbasiskan individu, bukan kepentingan institusi tempat dia berprofesi. Ini menunjukkan bahwa kepedulian dan kesadaran pribadi terhadap pendidikan masih tinggi.
KI ini sungguh bernilai positif baik bagi sekolah, khususnya para siswa, bagi para relawan itu sendiri, juga bagi perkembangan pendidikan. Melalui kelas inspirasi ini para siswa dapat termotivasi untuk meraih cita-citanya dengan lebih bersemangat melalui tekun belajar, berusaha dan berdoa guna menyongsong masa depan yang lebih cerah.
Sekilas ceritaku di kelas inspirasi Surabaya:
Hari itu, Senin 29 September 2014 setelah beristrahat malam sekitar 2 jam, aku harus bangun lagi tepat pukul 04.30 WIB untuk mempersiapkan diri menjadi salah satu inspirator/relawan kelas inspirasi Surabaya di SDN Margorejo 1 Kecamatan Wonocolo Surabaya Jawa Timur.
Hari sudah pagi, matahari sudah mulai menampakkan diri, dengan keikhlasan dan semangat yang aku miliki, tepat pukul 06.00 melangkahkan kaki dari rumah (Kenjeran) menuju lokasi.
Sesuai kesepakatan dan pemberitahuan dari fasilitator kelas inspirasi (mba’ Izam/Dwi), bahwa kami akan kumpul di SDN Margorejo 1 pukul 07.00 WIB. Dan akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit, tibalah aku di SDN Margorejo 1 yang saat itu tampak para guru dan murid tengah berbaris upacara apel pagi.
Sambil memperhatikan upacara yang sedang berlangsung dari luar pagar, saya mencoba memastikan posisi teman-teman tim kelas inspirasi lainnya. Kelihatannya aku yang paling pertama tiba dilokasi, saya mencoba mengontak mbak Indah melalui pesan singkat (sms), sekaligus memberitahu kalau aku sudah berada di lokasi SDN Margorejo 1. Menunggu beberapa menit namun tak kunjung datang juga balasan sms dari mbak Izam. Dalam hatiku berkata: mungkin mbak’ Izam kemungkinan sedang diperjalanan, jadi tidak dengar kali ya bahwa ada pesan smsku masuk hehehhe.
Selang beberapa waktu kemudian, tiba-tiba aku melihat dan mengalihkan perhatian kepada seorang perempuan yang sedang berdiri di dekat pintu pagar masuk SD, tanpa pikir panjang aku perlahan menghampiri dan meyakini bahwa dia salah satu teman tim relawan. Saya mencoba mendekat, dengan tanpa basa basi aku langsung menegur dan bertanya, apakah mbak dari tim kelas inspirasi? Dan ternyata dugaan saat tidak meleset, dengan wajah senyum bersahabat sambil mengulur berjabat tangan, dijawabnya: oh iya benar.. aku “Dwi”.
Sambil menunggu teman lain, saya dan Dwi memutuskan untuk masuk kedalam lebih dahulu untuk menemui Kepala Sekolah, yang saat itu juga upacara baru saja selesai.
Sungguh senang rasanya, Ibu Asri Sukaria (Kepsek) menyambut kami dengan hangat, mempersilahkan duduk sambil menikmati snack yang disediakan diatas meja. Tak lama berselang kemudian, akhirnya teman-teman tim relawan pada berdatangan (mbak’ Izam & mbak’ Dian) hingga menjadi lengkap semuanya ketika mas Diki sang fotografer tercakep datang.
Tiba saatnya kami beraksi, berharap dapat menginspirasi adik-adik yang masih mengenyam pendidikan dasar.
Sempat membuat saya terharu karena kami dapat berkumpul dari berbagai profesi tetapi menjadi lebur dalam satu kepentingan bersama menginsipirasi adik-adik SD dan membangun mimpi mereka.
Dengan didampingi oleh ibu Kepala sekolah, kami memasuki kelas di lantai 2 (dua) yang sebelumnya oleh bapak ibu guru telah mengarahkan adik-adik siswa kelas VI (enam) untuk mengambil posisi lebih dahulu dalam ruangan tersebut, setelah itu nanti akan bergantian sesi dengan adik-adik siswa kelas V (lima).
Memasuki kelas dihari itu sungguh pengalaman berharga yang tidak bisa saya lupakan. Dengan sapaan hangat bersahabat kepada adik-adik yang berada didalam kelas, ibu kepala Sekolah membuka sebagai pengantar, sekaligus menyampaikan bahwa sebentar lagi dari kelas inspirasi Surabaya akan berbagi cerita pengalaman masing-masing tentang profesi dan aktifitas yang sedang dijalani hingga saat ini.
Akhirnya kami memulai. Sesuai kesepakatan bersama tim relawan, tiba giliran saya yang mengawali untuk berbagi inspirasi. Saya awali dengan perkenalan.
Wow..sungguh luar biasa adik-adik disaat itu, mereka kelihatan pintar-pintar. Saya katakan demikian bukan tanpa alasan. Aku sempat tertegun dan kaget melihat mereka di saat aku baru awal-awal memperkenalkan diri dengan melempar pertanyaan tentang asal daerah saya. Baru memulai ngomong bahwa saya bukan asli Surabaya, tiba-tiba seorang adik laki-laki yang duduk dibarisan sebelah kanan menyahut dengan spontan berkata: “Medan..!”, sungguh aku kaget koq bisa ditebak gitu ya. Tanpa pikir panjang lagi, dengan segera meresponi dan mengapresiasi apa yang dikatakannya, langsung saya hampiri dan berkata betul dik, kak Firman asalnya dari Medan lebih tepatnya Nias, sambil mengancungkan jempol sebagai tanda pujian pada adek tersebut. Namun sampai saya menulis ini, sebenarnya aku masih penasaran koq bisa yach adek itu tahu? padahal itu pertama kalinya aku datang di SD itu loh, atau mungkin ditebak dari khas suaraku kali ya…hehhehe.
ANAK-ANAK NEGERI BERHAK KEJAR CITA-CITA SETINGI-TINGGINYA.
Secara pribadi, berada diantara mereka saat itu seolah merasakan kembali semangat masa kecil, riuh ruangan kelas, hingga pertengkaran-pertengkaran kecil.
Wajah-wajah mereka semakin tampak berseri ketika saya bertanya siapa diantara adik-adik yang punya cita-cita? Tak satupun yang tidak meresponi, semuanya mengangkat tangan sambil berkata “sayaaaaa…”.
Mereka punya cita-cita yang sungguh luar biasa, bahkan ketika aku minta untuk menuliskan cita-citanya masing-masing di sebuah lembaran kartu cita-cita yang sudah saya siapkan (seperti tampak pada gambar slide ppt diatas), bahkan ada yang bertanya, apakah kami boleh menuliskan lebih dari satu cita-cita? sambil tersenyum saya mengatakan boleh, kalian semua berhak bercita-cita apa saja, silahkan tuliskan cita-cita yang diimpikan.
Wow..ternyata sungguh banyak dan bervariasi cita-cita yang mereka tulis di lembaran itu, mulai dari menjadi tenaga kesehatan(seperti Perawat, Dokter, Bidan, Ahli Gizi, Apoteker), tenaga pendidikan(seperti Dosen, Guru),Pengacara, Notaris,Polisi, Tentara,Jurnalis, Wartawan, Penulis, Pembicara,Pengusaha/Owner, Wiraswasta, Pebisnis (Business man),Artis, Penyanyi, pemain Film,Pilot, Kapten, ada juga yang bercita-cita menjadi Pemimpin(seperti Presiden, Gubernur, Bupati, Rektor, Kepala Sekolah) dan bahkan tidak sedikit juga yang bercita-cita sekolah setingi-tingginya.
Mendengar dan melihat cita-cita luar biasa yang mereka tuliskan itu saya langsung terbakar semangat untuk segera memberi penguatan bahwa cita-cita yang mereka impikan pasti bisa dicapai.
Dengan bantuan slide power point, aku bercerita sambil menunjuk gambar (yang no.1) bahwa kak Firman pernah seperti adik-adik. “Saya dulu pun pernah duduk seperti adik-adik sekarang ini ketika masih duduk di SD,”.
Sebelum menjadi seperti saat ini sebagai Dosen, Jurnalis & juga Owner, semua jenjang pendidikan kak Firman jalani mulai tingkat SD, SMP, SMA, perguruan tinggi S1, S2 hingga saat ini bisa sekolah Doktor S3 yang merupakan sekolah terakhir, sekolah tertinggi di dunia.
“Semua ini saya peroleh melalui proses belajar. Jadi saya berharap agar adik-adik sekalian untuk belajar dengan sungguh-sungguh, jujur dan displin.
Selain itu juga adik-adik harus ta’at dan hormat pada orangtua dan guru, juga saling menyayangi dan menghargai teman, sebab teman merupakan saudara untuk berbagi rasa dan teman berdiskusi.
“Di samping itu kita ini merupakan mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Untuk itu jangan pernah sekalipun menyakiti hati teman.
Saya sangat senang melihat mereka sangat antusias mendengar penjelasan yang saya sampaikan. Mereka mendengarkan dengan seksama, tampak suasana kelas menjadi sangat hidup, barangkali karena kami orang luar yang mengajar dikelas menjadi sebuah fenomena baru yang mereka alami hari itu.
Setelah saya jelaskan semuanya tentang aktifitas sehari-hari saya sebagai mahasiswa S3, Dosen, Jurnalis & Owner, dibagian akhir saya beri kesempatan mereka bertanya.
Seru sekali…sungguh banyak pertanyaan seputar cita-cita yang mereka impikan kelak.
Ada yang bertanya apa dia boleh jadi dosen?, bahkan ada yang minta untuk diceritain bagaimana cara agar bisa sekolah setinggi-tingginya, sekolah doktor S3 seperti kak Firman?.
Sebelum menjawab pertanyaan mereka, sambil tersenyum saya mengajak mereka semua untuk berdiri ditempat. Dengan panduan, saya meminta mereka menjawab yel-yel cita-cita. Ketika saya katakan Apa cita-citamu? Maka mereka harus menjawab sesuai cita-citanya masing-masing (……………), trus setelah itu saya lanjut dengan kata Apa Bisa? dengan sambil mengepalkan kepalan tangan mereka masing-masing dan seolah melompat tinggi keangkasa, mereka harus menjawab, AKU PASTI BISAAAAA..!
BAGAIMANA AGAR SUKSES MERAIH CITA-CITA?
Sebagai contoh, saya ingat ketika masuk sekolah SMA di Tuhemberua-Nias. Waktu itu sekolah SMA yang dekat kampung saya belum ada sehingga kalau mau lanjut sekolah terpaksa harus menempuh jarak sekitar 20 KM ke ibukota kecamatan. Waktu itu karena keterbatasan ekonomi keluarga, setiap hari jam 5.00 subuh ibu saya selalu mendorong dan dengan sabar menyediakan obor sebagai penerang jalan agar saya tetap sekolah dengan jalan kaki melewati hutan yang gelap dan penuh keheningan. Belum lagi ketika musim hujan tiba, berkali-kali saya harus melewati menyeberangi banjir sungai karena rumah saya berada diseberang sungai. Saya harus sampai di sekolah tepat waktu untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh bapak ibu guru.
Jujur saja, itu bukan pekerjaan yang menyenangkan. Ada kalanya saya begitu lelah dan merasa merinding dan takut melewati hari yang masih gelap dan banjir yang cukup mengancam. Tetapi saya sadar, menyerah bukan pilihan yang tepat karena saya punya tekad untuk sekolah setingi-tingginya. Lalu apa yang membuat saya terus bertahan, bahkan mampu melakukannya penuh dengan senyuman?
Jawabannya dua kata yaitu: “disiplin diri”. Saat itu saya sering berdialog dengan diri saya sendiri. Saya membayangkan bahwa suatu hari kelak saya akan menjadi orang sukses. Saya membayangkan berdiri didepan orang banyak untuk berbagi sesuatu tentang kisah hidup saya yang menginspirasi banyak orang.
Pada saat melihat bapak ibu guru sedang berdiri didepan kelas membagikan sesuatu ilmu kepada anak didiknya, saya membayangkan saya lebih dari itu. Saya menembus waktu dan ruang. Saya melihat Firman Telaumbanua masa depan.
Itulah salah satu pengalaman saya tentang kekuatan visualisasi atau gambaran masa depan. Memang sampai saat ini saya belum diprofilkan, tetapi harapan dan gambaran besar itu terus memacu saya untuk terus melangkah maju.
Apakah kelak wajah saya berhasil menghiasi indonesia? Saya tidak tahu. Tetapi saya tahu satu hal, bahwa visi, harapan dan gambaran besar itu terus memacu langkah saya untuk terus berkarya.
Salam hangat, terimakasih semuanya,
Salam Inspirasi.
@@@
0 komentar:
Posting Komentar